ENTROPI DAN HUKUM KETIGA TERMODINAMIKA
ENTROPI DAN
HUKUM KETIGA TERMODINAMIKA
Nama : Rahadi Dwitama
NIM : 14640027
Entropi
adalah salah satu besaran termodinamika yang mengukur energi dalam sistem per
satuan temperatur yang tak dapat digunakan untuk melakukan usaha. Fungsi
keadaan seperti energi internal dan entalpi tidak dapat diukur, hanya
perubahannya yang dapat diukur. Lain halnya dengan entropi, walaupun tergolong
fungsi keadaan tetapi dapat diukur. Entropi menyatakan derajat ketidakteraturan
sistem atau lingkungan. Setiap zat murni pada 0 K memiliki derajat keteraturan
paling tinggi, dan dirujuk sebagai entropi mutlak.
(1)
Hukum Ketiga Termodinamika
Andaikan dua buah cuplikan terpisah, masing-masing satu mol argon
dan satu mol neon, dan keduanya didinginkan pada tekanan 1 atm sampai mencair,
yang akhirnya membentuk padatan. Diasumsikan pada keadaan padat, keduanya
membentuk kristal sempurna. Jika suhunya diturunkan terus secara kontinu, maka
jumlah ketidakteraturan dalam kristal berkurang. Apa yang terjadi jika suhu
mendekati titik nol mutlak?
Jika suhu mendekati 0 K, energi kinetika vibrasi atom-atom dalam
kedua cuplikan turun dan atom-atom berada pada posisinya dalam kristal. Pada
suhu 0 K, atom-atom tidak lagi bervibrasi dalam posisinya dan kedua zat
memiliki jumlah ketidakteraturan mendekati nol. Entropi keadaan standar pada 0
K adalah nol untuk zat kristalin sempurna. Keadaan ini dinamakan hukum ketiga
termodinamika:
"Entropi setiap zat murni pada keadaan setimbang didefinisikan
sama dengan nol pada 0 K"
Oleh karena entropi mutlak tidak pernah dicapai untuk senyawa
heterointi, maka keberadaannya disederhanakan melalui hukum ketiga
termodinamika, yang diungkapkan dengan pernyataan berikut:
"Pada setiap proses termodinamika yang hanya melibatkan fasa
murni pada keadaan setimbang, perubahan entropinya nol pada 0 K"
Proses termodinamika yang dimaksud ialah perubahan entropi pada
reaksi kimia, dimana unsur-unsur yang bereaksi menghasilkan senyawa, dan
entropinya nol pada 0 K. Berdasarkan hal itu, untuk senyawa dan zat murni
disimpulkan bahwa:
"Entropi setiap zat murni (unsur dan/atau senyawa) dalam
keadaan setimbang adalah nol pada 0 K"
(2)
Entropi Keadaan Standar
Oleh karena entropi pada keadaan setimbang adalah nol pada 0 K,
maka entropi mutlak suatu zat pada suhu lebih besar dari 0 K adalah jumlah dari
kontribusi berikut:
a.
Entropi
zat pada 0 K (dihitung berdasarkan kerumitan molekul dan jumlah susunan yang
mungkin)
b.
Peningkatan
entropi untuk setiap perubahan fase yang berlangsung dari 0 K sampai suhu terukur
c.
Peningkatan
entropi selama pemanasan untuk setiap perubahan fase hingga mencapai stabil.
Pada
umumnya data entropi pada keadaan standar menunjukkan fenomena sebagai berikut:
a.
Gas
mempunyai entropi lebih besar daripada dalam keadaan cairannya. Contoh H2O
pada keadaan uap entropinya lebih besar daripada keadaan cairnya.
b.
Zat
dengan struktur molekul lebih kompleks atau kristal mempunyai nilai entropi
lebih besar daripada dalam bentuk sederhananya. Contoh H2O2
memiliki entropi lebih besar daripada H2O.
(3)
Entropi dalam Reaksi Kimia
Entropi dapat berubah dalam reaksi kimia disebabkan oleh beberapa
faktor, diantaranya:
(a)
perubahan komposisi atom-atom
(b)
perubahan fase
(c)
perubahan dalam susunan/struktur
Contohnya reaksi penguraian kalium klorat dengan katalis mangan
dioksida. Persamaan kimianya:
2KClO3(s) à 2KCl(s) + 3O2(g)
Penguraian termal kalium klorat menghasilkan peningkatan entropi
sangat besar, sebab dua mol pereaksi berwujud padat diubah menjadi dua mol yang
juga padat dan tiga mol berwujud gas. Kelebihan tiga mol gas ini mengakibatkan
peningkatan entropi sangat besar, yaitu 808,14 J/K. Sebaliknya, pada reaksi
pembentukan gas ammonia dari unsur-unsurnya dengan persamaan:
N2(g) + 3H2(g) à 2NH3(g)
Terjadi pengurangan jumlah mol gas, dari empat mol diubah menjadi 2
mol sehingga entropinya turun. Perubahan entropinya -198,55 J/K. Dalam reaksi
yang tidak terjadi perubahan dalam jumlah mol maupun perubahan fasa, entropinya
sukar diramalkan. Contoh:
Cu2+ + Zn(s) à Cu(s) + Zn2+
Satu mol ion tembaga (II) bereaksi dengan satu mol logam seng
membentuk satu mol logam tembaga dan satu mol ion seng (II). Untuk reaksi
tersebut sukar diramalkan, apakah entropinya meningkat atau menurun. Perubahan
entropi hanya dapat ditentukan dari perbedaan struktur antara kristal tembaga
dan seng serta perbedaan jumlah hidrasi dari kedua ion dalam larutan. Menurut
perhitungan, reaksi tersebut menghasilkan perubahan entropi sekitar -21,0 J/K.
Sumber: http://sabiq038mercubuana.blogspot.co.id/2015/10/entropi-dan-hukum-ketiga-termodinamika.html


Komentar
Posting Komentar