GAYA ANTARMOLEKUL
Nama
: Nunik Setyowati
NIM : 14640057
Tugas
: Kimia Fisika
GAYA
ANTARMOLEKUL
Gaya antarmolekul adalah gaya elektromagnetik yang
terjadi antara molekul-molekul atau antara bagian yang terpisah jauh dari suatu
makromolekul. Gaya tersebut dapat berupa kohesi antara molekul serupa, seperti
contohnya pada tegangan permukaan, atau adhesi antara molekul tak serupa,
contohnya pada kapilaritas.
Gaya
antar molekul ini memiliki sifat tarik menarik dan juga tolak menolak antar
molekul. Ketika dua molekulnya berdekatan, gaya tolak antara muatan yang sama
akan timbul dan semakin tinggi energi tolaknya. Oleh karena itu akan dibutuhkan
energi yang lebih tinggi pula untuk menempatkan suatu moleku.
Penelitian
gaya antarmolekul bermula dari pengamatan makroskopik yang menunjukkan adanya
aksi gaya-gaya pada tingkat molekul atau makroskopik. Pengamatan ini meliputi
sikap termodinamika gas ion ideal gas yang dicerminkan oleh koefisien virial,
tekanan uap, viskositas, tegangan permukaan dan data adsopsi
Ada tiga
jenis gaya antarmolekul, yaitu gaya dipol-dipol, gaya london, dan ikatan
hidrogen. Gaya dipol-dipol dan gaya london dapat dianggap sebagai satu jenis
gaya, yaitu gaya van der waals (Suyatno, 2007):
1. Gaya Dipol-dipol
Gaya
dipol-dipol adalah gaya yang terjadi diantara molekul-molekul yang memiliki
sebaran muatan tidak homogen, yakni molekul-molekul dipol atau molekul polar.
Molekul-molekul polar memiliki dua kutub muatan yang berlawanan. Oleh karena
itu, diantara molekul-molekulnya akan terjadi antaraksi yang disebabkan kedua
muatan yang dimilikinya.
Pada
antaraksi dipol-dipol, ujung-ujung parsial positif suatu molekul mengadakan
tarikan dengan ujung-ujung parsial negatif positif suatu molekul mengadakan
tarikan dengan ujung-ujung parsial negatif dari molekul lain yang mengakibatkan
orientasi molekul-molekul sejajar, seperti ditunjukan pada gambar dibawah ini:
Gambar
1. Gaya dipol=dipol permanen
Tarikan
dipol-dipol memengaruhi sifat-sifat fisik senyawa, seperti titik leleh, kalor
peleburan, titik didih, kalor penguapan, dan sifat fisik lainnya. Tabel 1
menunjukkan perbandingan sifat-sifat senyawa untuk massa molekul yang relatif
sama dengan berbagai gaya antar molekul.
Tabel 1 Sifat Fisika Molekul Hibrida periode ke 4
|
Sifat-sifat
Fisika
|
SiH4
|
PH3
|
H2S
|
|
Kepolaran
|
Nonpolar
|
Polar
|
Polar
|
|
Wujud
|
Gas
|
Gas
|
Gas
|
|
Massa molekul
|
32,09
|
34,0
|
34,08
|
|
Titik leleh (°C)
|
-185
|
-134
|
-85,6
|
|
Titik didih (°C)
|
-111
|
-87,8
|
-60,8
|
|
Kalor lebur (kJ mol-1)
|
0,66
|
1,13
|
2,38
|
|
Kalor uap (kJ mol-1)
Momen dipol
|
13
0
|
14,6
0,33
|
18,7
1,10
|
Simak
sifat-sifat fisika SiH4, PH3,
H2S pada tabel 1 tersebut. Senyawa-senyawa tersebut memiliki
massa molekul relatif yang sama. Molekul H2S lebih tinggi PH3 dan
SiH4.
Mengapa molekul polar memiliki sifat-sifat fisika yang
relatif lebih tinggi dibandingkan dengan molekul nonpolar untuk massa yang
tidak berbeda jauh? Sebagai contoh, tinjau titik didih. Titik didih berhubungan
dengan energi yang diperlukan untuk memutuskan gaya antaraksi antar molekul
(bukan memutuskan ikatan antar atom). Semakin kuat gaya antaraksi
anatarmolekul, semakin besar energi yang diperlukan untuk memutuskannya. Dengan
kata lain, semakin tinggi titik didihnya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
molekul polar terjadi gaya antaraksi yang relatif lebih kuat dibandingkan delam
molekul nonpolar.
2. Gaya london
Gaya
london adalah gaya yang terjadi pada atom atau molekul, baik polar maupun
nonpolar. Gaya london atau disebut juga gaya dispersi, yaitu gaya yang timbul
akibat dari pergeseran sementara (dipol sementara) muatan elektron dalam
molekul homogen. Dalam ungkapan lain, dapat dikatakan bahwa gaya london terjadi
akibat keboleh polaran atau distorsi “awan elektron” dari suatu molekul
membentuk dipol sementara (molekul polar bersifat dipol permanen) (Purba,2006).
Mengapa
awan elektron dapat terdistorsi? Hal ini
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pada sekumpulan besar molekul, setiap saat selalu terjadi
tumbukan antar molekul, tumbukan ini menimbulkan dipol sementara membentuk
muatan parsial positif pada salah satu ujung molekul dan muatan parsial negatif
pada ujung yang lain (terdistorsi).
b. Molekul-molekul yang terdistorsi selanjutnya menginduksi
molekul lain membentuk dipol terinduksi.
c. Akibat terbentuk dipol sementara pada sejumlah molekul
yang bertumbukan dan menginduksi sejumlah molekul lain membentuk dipol
terinduksi, menimbulkan gaya tarik menarik seperti yang dinakan gaya london.
d. Grejala tersebut berlangsung secara terus menerus dan
berimbas kepada molekul-molekul lain sehingga terjadi gaya london diantar
molekul-molekul yang ada.
Dengan
demikian, gaya london adalah gaya antaraksi antar atom atau molekul yang
memiliki dipol sementara dengan dengan jarak yang sangat berdekatan satu sama
lain. Kekuatan gaya london dipengaruhi oleh ukuran, bentuk molekul, dan
kemudahan distorsi dari awan elektron.
Sentuhan
di antara atom atau molekul dengan luas permukaan sentuhan besar menghasilkan
peluang lebih besar membentuk dipol sementara dibandingkan bidang sentuh yang
relatif lebih kecil. Semakin besar luas permukaan bidang sentuh molekul, semakin besar peluang
terjadinya dipol sementara.
Bagaiamana
bentuk molekul yang memiliki peluang lebih besar terjadinya gaya london? Untuk
menjawab pertanyaan ini, simak tabel 2 dibawah ini yang menyajikan hubungan
bentuk molekul dan peluang terjadinya gaya london.
Tabel 2. Titik didih beberapa Senyawa Nonpolar
Dari
data data disimpulkan dari tingkat speritas molekul. Oleh karena neonpetana
lebih sperik dari molekul yang lain maka bidang sentuhnya paling kecil sehingga
peluang terciptanya gaya London relatif. Akibatnya gaya tarik antarmolekul
lemah. Hal ini ditunjukkan oleh titik yang relatif rendah.
Diantara
bentuk molekul yang serupa, gaya London meningkat dengan bertambahnya jumlah
elektron atau dengan bertambahnya massa molekul. Butana memiliki jumlah
elektron lebih rumit dibandingkan molekul lain sehingga gaya Londonnya lebih
besar. Ini ditunjukkan oleh titik didih yang paling tinggi.
3. Ikatan Hidrogen
Senyawa yang mengandung atom hidrogen dan atom yang
memiliki keelektronegatifan tinggi, seperti flourin, klorin, nitrogen, oksigen
dapat membentuk senyawa polar, mengapa? Pada molekul polar, pasanagan elektron
ikatan yang digunakan bersama lebih tertarik kearah atom dengan keelektronegatifan tinggi.
Akibatnya, atom hidrogen menjadi lebih
bermuatan positif. Akibat dari gejala tersebut, atom hidrogen dalam molekul polar seolah-olah berada di antara
atom-atom elektronegatif.
Apa yang akan terjadi
jika atom hidrogen yang bermuatan parsial positif
berantaraksi dengan atom-atom pada molekul lain yang memiliki muatan parsial negatif dan memiliki
pasangan elektron bebas. Anda pasti menduga
akan terjadi antaraksi di antara molekul-molekul tersebut sebab molekulnya polar.
Jika hanya antaraksi
akibat kepolaran maka molekul H2S dan H2O memiliki sifat fisik yang relatif sama
sebab keduanya polar. Akan tetapi, fakta
menunjukkan bahwa pada suhu kamar, H2O berwujud cair dan H2S berwujud gas. Apa yang salah dengan konsep
kepolaran? Konsep kepolaran tidak
salah, tetapi ada faktor lain selain kepolaran. Berdasarkan hasil pengamatan, dalam senyawa-senyawa polar
yang mengandung atom hidrogen
ada antaraksi yang lebih kuat dibandingkan antaraksi dipol maupun gaya London. Antaraksi ini
dinamakan ikatan hydrogen (perhatikan gambar 2).
Ikatan hidrogen
terbentuk pada senyawa-senyawa polar yang mengandung atom H dan atom yang memiliki keelektronegatifan
tinggi, seperti F, O, N, dan Cl. Atom-atom yang
memiliki keelektronegatifan tinggi akan
menarik pasangan elektron ikatan lebih kuat sehingga kulit valensi elektron pada atom hidrogen seperti terkelupas,
dan inti atom hydrogen yang
bermuatan positif seolah-olah berada di permukaan molekul. Semakin tinggi skala keelektronegatifan
atom yang mengikat atom hidrogen,
semakin besar peluangnya untuk membentuk ikatan hydrogen (Toh,2009).
Contoh:
Belerang dan oksigen
memiliki keelektronegatifan S = 2,5 dan O = 3,5. Oleh
karena keelektronegatifan atom oksigen lebih tinggi maka peluang terjadinya ikatan hidrogen sangat besar.
Hal ini terbukti dengan tingginya
titik leleh dan titik didih H2O dibandingkan H2S. Dengan hadirnya ikatan hidrogen dalam suatu
senyawa menimbulkan pengaruh
terhadap sifat-sifat fisik senyawa tersebut, seperti ditunjukkan oleh senyawa hidrida nonlogam pada Tabel
3
Tabel 3. Sifat Fisik Senyawa
Hibrida Nonlogam
Tabel 3 menunjukkan sifat-sifat
fisik senyawa hidrida periode ke- 2 dan
periode ke-3 dalam tabel periodik. Periode ke-2, yaitu NH3, H2O, dan HF, sedangkan periode ke-3, yaitu PH3,
H2S, dan HCl. Pasangan seperti
NH3–PH3; H2O–H2S; dan HF–HCl
berasal dari golongan yang sama
dalam tabel periodik. Dari pasangan tersebut, NH3, H2O,
dan HF memiliki massa molekul lebih kecil,
tetapi memiliki titik leleh dan titik didih
lebih tinggi dibandingkan senyawa yang segolongan (lihat grafik pada gambar 3).
Hal ini menunjukkan adanya ikatan hidrogen pada molekul NH3, H2O,
dan HF, sedangkan pada molekul hidrida di bawahnya tidak terjadi ikatan
hidrogen.
Gambar 3. Kurva titik didih senyawa hidrida non logam
Ada dua macam ikatan
hidrogen, yaitu ikatan hidrogen antarmolekul (intermolecule)
dan ikatan hidrogen dalam molekul itu sendiri (intramolecule) (perhatikan gambar 4). Ikatan hidrogen antarmolekul
adalah ikatan antara dua atau
lebih molekul, baik molekul yang sama maupun molekul berbeda. Misalnya, antarmolekul H2O,
NH3, CH3CH2OH, HF, atau SiF4. Ikatan hidrogen dalam molekul adalah
ikatan antara dua gugus atom dalam
suatu molekul, misalnya dalam asam benzoat.
Gambar 4. (a) Ikatan hidrogen
dapat berupa ikatan antarmolekul
(b) Ikatan Hidrogen dalam Molekul
Daftar Rujukan
Purba, Michael. 2006. Kimia Untuk
SMA kelas XI Semester I. Jakarta: Erlangga.
Suyanto, dkk. 2007. Kimia
Untuk SMA/MA kelas XI. Jakarta: Grasindo.
Toh,CS. 2009. A-Level Study Guide-Chemystry- Edition
3.0.3. Singapore: Step-by-step








Komentar
Posting Komentar