Ikatan Kimia
Ikatan Kimia
Nama : Wahyu Dwi Lestari
NIM : 15640078
Alam semesta terdiri dari banyak atom, unsur, molek, dan senyawa
kimia yang bersama-sama menyusun alam semesta. Suatu molekul, atau senyawa
merupakan gabungan dari 2 unsur atau lebih, baik dari unsur yang sama maupun
yang tidak sama. Untuk menggabungkan antar unsur tersebut dibutuhkan seuatu
ikatan yang dapat mengikat antar satu atom dengan atom lainnya. Ikatan kimia merupakan suatu ikatan yang
mengikat antar atom-atom di dalam suatu molekul atau senyawa. Ikatan kimia
terdiri dari ikatan ionik, ikatan kovalen, dan ikatan logam
1.
Ikatan
ionik
Beberapa atom dari unsur yang
memiliki energi ionisasi rendah rendah cenderung membentuk kation. Sedangkan
atom dari unsur yang memiliki afinitas elektron tinggi cenderung membentuk
anion. Gabungan dari kation dan anion inilah yang pada akhirnya membentuk suatu
senyawa ionic dengan ikatan ionic antar kation dan anion. Ikatan ionik
merupakan gaya elektrosatitk yang menahan ion bersamaan dalam suatu ikatan
ionik (Chang,2010: 367).
Sebagai contoh, reaksi antara
lithium dan fluorine menjadi lithium fluoride. Susunan konfigurasi lithium adalah 1S2 2S1 dengan
jumlah elektron valensi 1 dan konfigurasi fluorine 1S2 2S2
2P5 dengan jumlah elektron valensi 7. Ketika lithium dan fluorine saling
bereaksi maka elektron valensi pada lithium akan diberikan kepada atom
fluorine. Oleh karena itu, ikatan ionik terjadi karena adanya serah terima
elektron. Jika digambarkan dengan struktur Lewis maka tampak sebagai berikut
(Chang, 2010: 367):
Untuk lebih jelasnya, reaksi dapat digambarkan secara terpisah, yak
ni reaksi ionisasi Li
Dan reaksi penerimaan elektron oleh atom F
Kemudian digabungkan menjadi LiF
Pada beberapa kasus, kation dan anion memiliki muatan yang tidak
sama. Sebagai contoh ketika lithium dibakar dengan oksigen menjadi lithium
oksida (Li2O) dengan persamaan setimbang (Chang, 2010: 368):
Dengan menggunakan struktur Lewis
dapat digambarkan sebagai berikut:
Pada reaksi ini, atom oksigen menerima 2 elektron (masing-masing
dari 1 atom lithium) untuk membentuk ion oksida. Sehingga dibutuhkan 2 atom Li+
dan 1 atom O2-.
2.
Ikatan
kovalen
Sekitar tahun 1916, dua kimiawan
Amerika, Gilbert Newton Lewis (1875-1946) dan Irving Langmuir (1881-1957),
secara independen menjelaskan ikatan kimia yang terjadi pada molekul non polar.
Titik krusial teori mereka adalah penggunaan bersama elektron oleh dua atom
sebagai cara untuk mendapatkan kulit terluar yang diisi penuh elektron.
Penggunaan bersama pasangan elektron oleh dua atom atau ikatan kovalen adalah
konsep baru waktu itu. Teori ini kemudian diperluas menjadi teori oktet. Teori
ini menjelaskan, untuk gas mulia (selain He), delapan elektron dalam kulit
valensinya disusun seolah mengisi kedelapan pojok kubus (gambar 3.3) sementara
untuk atom lain, beberapa sudutnya tidak diisi elektron. Pembentukan ikatan
kimia dengan penggunaan bersama pasangan elektron dilakukan dengan penggunaan
bersama rusuk atau bidang kubus. Dengan cara ini dimungkinkan untuk memahami
ikatan kimia yang membentuk molekul hidrogen (Takeuchi, 2006: 45).
Ikatan kovalen merupakan ikatan
kimia yang terbentuk akibat penggunaan bersama pasangan elektron. Berdasarkan
kepolarannya ikatan kovalen dibedakan menjadi dua, yaitu (Rahayu, 2009: 52-58):
a.
Ikatan
kovalen polar terjadi pada dua atom yang sama dan memiliki keelektronegatifan
yang sama. Contoh dari ikatan ini adalah H2, F2, P4,
dan S8.
Senyawa kovalen dikatakan polar jika senyawa tersebut memiliki
perbedaan keelektronegatifan. Dengan demikian, pada senyawa yang berikatan
kovalen terjadi pengutuban muatan. Ikatan kovalen tersebut dinamakan ikatan
kovalen polar. Dalam pembentukan molekul HF, kedua elektron dalam ikatan
kovalen digunakan tidak seimbang oleh inti atom H dan inti atom F sehingga
terjadi pengutuban atau polarisasi muatan. Hal ini dapat terjadi ketika molekul
pembentuk senyawa memiliki beda kelektroneatifan yang besar.
b.
Ikatan
kovalen non polar terjadi pada dua atom yang berbeda, seperti HF, CCl4,
dan HCl. Ikatan kovalen non polar juga dapat terjadi pada dua atom yang sama,
namun memiliki keelektronegatifan yang berbeda, seperti dua atom karbon pada
asetonitril (CH3CN).
Jika dua atom nonlogam sejenis (diatomik) membentuk suatu senyawa
kovalen, misalkan H2, N2, Br2, dan I2 maka ikatan kovalen yang terbentuk
memiliki keelektronegatifan yang sama atau tidak memiliki perbedaan
keelektronegatifan. Ikatan kovalen tersebut dinamakan ikatan kovalen
nonpolar. Dalam pembentukan molekul I2, kedua elektron dalam ikatan kovalen
digunakan secara seimbang oleh kedua inti atom iodin tersebut. Oleh karena itu,
tidak akan terbentuk muatan (tidak terjadi pengutuban atau polarisasi muatan).
Berdasarkan penggunaan pasangan
elektronnya, ikatan kovalen dibedakan menjadi 3, yaitu ikatan kovalen tungal,
ikatan kovalen rangkap, dan ikatan kovalen koordinasi.
a.
Ikatan
kovalen tunggal
b.
Ikatan
kovalen rangkap
c.
Ikatan
kovalen koordinasi
Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan yang terbentuk dari
pemakaian pasangan elektron bersama yang berasal dari salah satu atom yang
memiliki pasangan elektron bebas. Contoh senyawa yang memiliki ikatan kovalen
koordinasi adalah HNO3, NH4Cl, SO3, dan H2SO4. Ciri dari ikatan kovalen
koordinasi adalah pasangan elektron bebas dari salah satu atom yang dipakai
secara bersama-sama seperti pada contoh senyawa HNO3 berikut ini. Tanda panah ( ) menunjukkan pemakaian elektron dari atom N
yang digunakan secara bersama oleh atom N dan O.
Jadi, senyawa HNO3 memiliki satu ikatan kovalen koordinasi dan dua
ikatan kovalen.
3.
Ikatan
logam
Ikatan logam merupakan ikatan kimia antara
atom-atom logam, bukan merupakan ikatan ion maupun ikatan kovalen. Dalam suatu
logam terdapat atom-atom sesamanya yang berikatan satu sama lain sehingga suatu
logam akan bersifat kuat, keras, dan dapat ditempa. Elektron-elektron valensi
dari atom-atom logam bergerak dengan cepat (membentuk lautan elektron)
mengelilingi inti atom (neutron dan proton). Ikatan yang terbentuk sangat kuat
sehingga menyebabkan ikatan antaratom logam sukar dilepaskan. Unsur-unsur logam
pada umumnya merupakan zat padat pada suhu kamar dan kebanyakan logam adalah
penghantar listrik yang baik. Anda dapat menguji sifat logam suatu benda dengan
cara mengalirkan arus listrik kepada benda tersebut.
Sumber: Chang, Raymond. Chemistry Edisi kesepuluh. Boston: McGraw-Hill.
Takeuchi, Yashito. 2006. Buku Teks Pengantar
Kimia. Tokyo: Iwanami Publishing.
Rahayu, Iman. 2009. Praktis Belajar Kimia
1. Jakarta: Pusat perbukuan.
Komentar
Posting Komentar