KONDUKTIVITAS ION
Nama: Mawardah
NIM. 14640046
KONDUKTIVITAS ION
Daya hantar listrik (DHL) /
Konduktivitas adalah ukuran seberapa kuat suatu larutan dapat menghantarkan
listrik. Nilai konduktivitas merupakan ukuran terhadap konsentrasi total
elektrolit di dalam larutan air (Nadia, 2013).
Dimana, R adalah Hambatan, ρ sebagai Hambatan jenis bahan, L sebagai Jarak konduktor dan A sebagai Luas permukaan lempengan
Larutan
adalah campuran yang bersifat homogen atau serba sama. Larutan dapat
dikelompokkan atas larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit (Sherchemistry).
Larutan
Elektrolit dan Larutan Non Eelektrolit
larutan Elektrolit
|
Larutan Non Elektrolit
|
Larutannya dibentuk dri zat elektrolit
|
Larutannya dibentuk dari zat non elektrolit
|
Zat elektolitnya terurai membentuk ion2
|
Zat elektrolitnytidak terurai dalam bentuk ion2, tetapi
terurai dalam bentuk molekuler
|
Dapat menghantarkan listrik
|
Tidak dapat menghantarkan listrik
|
Contoh larutan
elektrolit kuat : HCl, HBr, HI, HNO3, dan
lain-lain. Contoh larutan elektrolit lemah : CH3COOH, Al(OH)3 dan
Na2CO3.
|
Contoh larutan
non elektrolit: Larutan Gula (C12H22O11), Etanol (C2H5OH), Urea
(CO(NH2)2), Glukosa (C6H12O6), dan lain-lain.
|
Elektrolit Padat (Konduktor Ionik
dan Konduktor Superionik)
Superionic conductor dikenal juga
sebagai elektrolit padat (solid electrolyte) ataupun
konduktor ion cepat (fast ionic conductor) adalah bahan
padatan yang mempunyai konduktivitas ionik yang tinggi pada temperature jauh di
bawah titik leleh bahan tersebut ( Khairul basar, 2008).
Contohnya NaCl (garam dapur) Konduktivitas
senyawa ionik ini umumnya sedikit mengalami peningkatan sejalan dengan
peningkatan temperatur. Bila senyawa padatan tersebut telah melampaui titik
lelehnya biasanya konduktivitasnya meningkat tajam. Jadi, untuk senyawa padatan
ionik pada umumnya, konduktivitas yang tinggi hanya dicapai dalam kondisi telah
terlampauinya titik leleh senyawa tersebut (Yayan, 9):
1. Material spt
NaCl atau MgO memiliki konduktifitas ion rendah, sebab walaupun dapat
bervibrasi termal, tetapi tidk dapat keluar dari situs kisinya.
2.
Dalam elektrolit padat, salah
satu komponen struktur, kation atau anion, tidak terpateri pada situs kisi tetapi
bebas bergerak ke seluruh struktur kristal.
3.
Dalam kristal normal memiliki
struktur beraturan tiga dimensi dan atom/ion tidak bergerak, tetapi dalam
elektrolit padat tidak memiliki struktur beraturan dan atom/ion bergerak bebas.
4.
Elektrolit padatan biasanya
stabil hanya pada suhu tinggi. Pada suhu rendah dapat terjadi transisi fasa
membentuk polimorfis dengan konduktifitas ion rendah
5.
Senyawa Li2SO4 dan AgI pada 250C keduanya konduktor jelek, tetapi pada 5270C (Li2SO4) dan1460C (AgI)
struktur kristal berubah membentuk polimorf,
-Li2SO4 dan
-AgI dengan mobilitas ion-ion Li+ dan Ag+ (
ohm/cm).
6.
Dengan pemanasan, konduktifitas meningkat secara drastis pada transisi fasa.
7.
Elektrolit padat terbentuk akibat peningkatan konsentrasi defek melalui pemanasan
8.
Padatan kristal normal - Peningkatan konsentrasi defek – Cairan- Elektrolit padat- Transisi fasa.
9.
Konduktifitas ion antara 0,1 – 10
ohm-1 cm-1 adalah nilai maksimum yang dapat dicapai oleh material elektrolit
padat. Nilai tsb diperoleh jika porsi terbesar ion bergerak setiap saat.
10
Istilah konduktor ion cepat dan
konduktor superionik dirujuk kepada material yang memiliki konduktifitas
optimum spt di atas.
11
Klasifikasi elektrolit padat
sebagai intermedia antara padatan ionik dan liquid ionik didukung oleh data
entropi relatif terhadap transisi polimorfis dan lelehannya.
12
Pada kristal normal (NaCl),
ketidakteraturan kation dan anion terjadi pada pelelehan dengan entropi/fusi 24
J/mol.K
13
Pada pelelehan AgI, hanya
atom-atom iodin yang tidakberaturan. Hal ini sesuai dengan nilai entropi fusi,
11,3 J/mol.K.
DEFECTS
(CACAT PADA PROSES ELEKTROLIT)
The
two simplest types of point defects are Schottky and Frenkel defects.
Dalam Kristal ionic (misalnya garam
dapur- Na+Cl-), ikatannya disebabkan oleh gaya Coulomb
antara ion positif dan ion negatif. Cacat titik dalam Kristal ion adalah muatan
itu sendiri. Gaya Coulomb sangat besar dan setiap muatan yang tidak seimbang
memiliki kecenderungan yang kuat untuk menyeimbangkan diri. Untuk membuat
muatan netral, beberapa cacat titik akan terbentuk. Cacat Frenkel adalah
kekosongan pasangan ion dan cation interstitial. Atau kekosongan pasangan ion
dan anion interstitial. Namun ukuran anion jauh lebih besar dari pada kation
maka sangat sulit untuk membentuk anion interstitial. Cacat Schottky adalah
kekosongan pasangan kation dan anion. Keduanya cacat Frenkel dan Schottky,
pasangan cacat titik tetap berdekatan satu sama lain karena tarikan coulomb
yang kuat antara muatan yang berlawanan (Luthfi, 2014 ).
Gambar 7. Skema representasi dari
cacat Frenkel dan cacat schottky
Gambar
disamping merupakan skema representasi dari (1) cacat Frenkel (kekosongan dan
pasangan interstitial) dan (2) cacat schottky
(kekosongan pasangan kation dan anion) dalam Kristal ionic.
Perak klorida
Defek
paling dominan dalam AgCl adalah defek Frenkel, yakni interstisial ion Ag+ yang
diasosiasikan dengan lowongan ion Ag+.
Interstisial ion Ag+ lebih mobiol drpd lowongan Ag+ (Yayan, 6).
Alkali tanah fluorida
1. Golongan
senyawa ini memiliki defek Frenkel dimana intersyisial ion F- menghuni
pusat kubus yang memiliki delapan ion-ion F- pada sudut-sudutnya.
2. Pengukuran
konduktivitas menunjukkan bahwa lowongan anion lebih mobil drpd ion F- interstisial.
Kebalikan dengan AgCl.
3. Konduktifitas
pada suhu tinggi menjadi sangat besar.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARHUI KONDUKTIVITAS
Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi konduktivitas ialah (Ririn,2013) :
1. Jumlah ion yang ada
2. Kecepatan Ion pada Beda Potensial antara Kedua Elektroda yang Ada
3. Konsentrasi Larutan
4. Jenis Larutan
PENGUKURAN KONDUKTIVITAS
Pengukuran konduktivitas dapat dilakukan
dengan menggunakan metode berikut (Yayan, 13):
Metoda DC
1. Kesulitan pengukuran dengan konduktifitas DC adalah menentukan elektroda
yang kompatibel dengan elektrolit padat dan tidak memberikan efek polarisasi
pada antarmuka elektroda-elektrolit padat.
2. Masalah antarmuka dalam pengukuran DC dapat ditangani dengan menggunakan
elektroda reversible, yakni elektroda yang membolehkan konduksi baik melalui elektron maupun ion-ion mobil dalam elektrolit
padat. Elektroda reversible tidak terjadi polarisasi, sebab ion Na+ dapat
melewati antarmuka dari elektroda ke elektrolit padat, atau sebaliknya.
3. Natrium cair cocok sebagai elektroda reversible untuk
-Alumina karena terjadi reaksi: Na+
+ e = Na Berlangsung pada antarmuka
sodium/
-Alumina .
Metoda AC
1.
Pengukuran AC sering dibuat
dengan jenis jembatan Wheatstone, dengan tahanan (R) dan kapasitansi (C) sampel
disetarakan terhadap tahanan variabel, VR dan kapasitor, C alat.
2.
Pada jembatan admitansi, komponen
VR dan C dipasang paralel. Pada jembatan impedansi, R dan C dipasang seri.
REFERENSI:
Khairul
Basar. 2008. Bahan Konduktor Superionik.
Luthfi, Mumpuni. 2014. Cacat pada Kristal. Tugas Metalurgi Fisik.
Depok: program studi Teknik Mesin Universitas Gunadarma.
Nourma,
Nadia. 2013. Konduktifitas.
Ririn, Vidiastuti. 2013. Faktor yang Mempengaruhi Daya Hantar Listrik.
Sherchemistry.
2017. Larutan Elektrolit.
Yayan,
Sunarya.2014. Konduktifitas ion.
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/196102081990031- YAYANSUNARYA/Konduktifitas_ion.pdf. Diakses 11 Desember 2017.





Komentar
Posting Komentar