Penentuan Berat Molekul Polimer
PENENTUAN BERAT
MOLEKUL POLIMER
Siti Rachmatul
Jannah (1464008)
Penentuan berat
molekul dapat menggunakan metode viskositas. Viskositas atau yang biasanya
disebut dengan kekentalan ini dapat dianggap sebagai geseskan pada bagian dalam
suatu fluida. Karena viskositas digunakan untuk menggerakkan salah satu lapisan
fluida di atas lapisan lainnya atau supaya satu permukaan dapat meluncur di
atas permukaan lainnya bila diantara permukaan-permukaan ini terdapat lapisan
fluida, haruslah dikerjakan gaya. Baik zat cair maupun gas mempunyai viskositas
hanya saja zat cair lebih kental daripada gas. Zat cair yang viskositasnya akan
diukur, dituangkan ke dalam ruang di antara silinder-silender itu (Zemansky,
1962).
Berat molekul
merupakan variabel yang teistimewa penting sebab berhubungan langsung dengan
sifat kimia polimer. Umumnya polimer dengan berat molekul tinggi mempunyai
sifat yang lebih kuat. Banyak sekali bahan polimer yang tergantung pada massa
molekulnya. Teknik yang lebih umum digunakan untuk penetapan berat molekul
polimer salah satunya adalah pengukuran viskositas larutan pada konsentrasi
sekitar 0,5 gram/100 ml pelarut dengan cara menetapkan lamanya aliran sejumlah
volume larutan melalui kapiler yang panjangnya tetap. Metode ini lebih umum
digunakan karena lebih cepat dan lebih mudah, alat sederhana, serta perhitungan
hasilnya lebih sederhana. Sedangkan derajat polimerisasi dapat menunjukkan
ukuran molekul polimer yang berhubungan dengan berat molekul (Habibah, 2013).
Viskositas adalah
gesekan internal fluida. Gaya viskositas melawan gerekan sebagian fluida
relatif terhadap yang lain. Viskositas adalah alasan diperlukannya usaha untuk
mendayung perahu melalui air tenang, tetapi juga merupakan alasan mengapa
dayung bisa bekerja. Dalam fluida regangan gesek selalu bertambahan dan tanpa
batas sepanjang tegangan diberikan. Laju perubahan regangan disebut laju
regangan, sama dengan perubahan rata-rata dd’ (laju v dari permukaan yang
bergerak) dibagi dengan l, yaitu (Young, 2002).
Selain itu,
penentuan berat molekul juga dapat berdasarkan pengukuran massa jenis gas. Gas mempunyai
sifat bahwa molekul-molekulnya sangat berjauhan satu sama lain sehingga hampir
tidak ada gaya tarik menarik atau tolak menolak diantara molekul-molekulnya
sehingga gas akan mengembang dan mengisi seluruh ruang yang ditempatinya,
bagaimana pun besar dan bentuknya. Untuk memudahkan mempelajari sifat-sifat gas
ini dibayangkan adanya suatu gas ideal yang mempuyai sifat-sifat sebagai
berikut (Respati, 1992):
1.
Tidak ada gaya tarik menarik diantara molekul-molekunya.
2.
Volume dari molekul-molekul gas diabaikan.
3.
Tidak ada perubahan energi dalam (internal energy= E) pada
pengembangan.
Kerapatan gas dipergunakan untuk
menghitung berat molekul suatu gas, ialah dengan cara membendungkan suatu
volume gas yang akan dihitung berat molekulnya dengan berat gas yang telah
diketahui berat molekulnya (sebagai standar) pada temperatur atau suhu dan
tekanan yang sama. Kerapatan gas didefinisikan sebagai berat gas dalam gram per
liter. Untuk menentukan berat molekul ini maka ditimbang sejumlah gas tertentu
kemudian diukur pV dan T-nya. Menurut hukum gas ideal ialah (Respati, 1992):
pV = nRT dimana n = m/BM (1)
pV = (m/BM) RT (2)
p(BM) = (m/V) RT =
RT (3)
dimana:
BM : Berat Molekul,
p : Tekanan Gas
V : Volume Gas
T : Suhu Absolut
R : Tetapan Gas Ideal
Hukum
gabungan gas untuk suatu sampel gas menyatakan bahwa perbandingan pV/T adalah
konstan. Sebetulnya untuk gas-gas real (nyata) seperti metana (CH3)
dan oksigen dilakukan pengukuran secara cermat, ternyata hal ini tidak benar
betul. Gas hipotesis yang dianggap akan mengikuti hukum gabungan gas pada
berbagai suhu dan tekanan gabungan gas pada beberapa suhu dan tekanan gas
ideal. Gas nyata akan menyimpang dari sifat gas ideal. Pada tekanan yang
relatif rendah termasuk atmosfer serta suhu yang tinggi, semua gas akan
menempati keadaan ideal sehingga hukum gas gabungan dapat dipakai untuk segala
macam gas yang digunakan (Brady, 1999).
Beberapa
faktor penentu sifat-sifat polimer ialah berat molekul, susunan rantai dalam
polimer dan derajat kekristalnya. Berat molekul merupakan variabel yang
teristimewa penting sebab berhubungan langsung dengan sifat kimia polimer.
Umumnya polimer dengan berat molekul tinggi mempunyai sifat yang lebih kuat.
Banyak sekali bahan polimer yang tergantung pada massa molekulnya (Cowd, 1991).
DAFTAR PUSTAKA
Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Jilid I. Jakarta: Binarupa Aksara.
Cowd, M. A. 1991. Kimia Polimer. Bandung: ITB.
Habibah, Rudninam, Darwin Yunus Nasution, Yugia Muis. 2013. Penentuan Berat Molekul dan Derajat Polimerisasi
-Selulosa
yang Berasal dari Alang-Alang
(Imperata Cylindrica) dengan
Metode Viskositas, vol. 1 (2) hal. 1-6.
Respati. 1992. Dasar-Dasar Ilmu Kimia Untuk Universitas. Yogyakarta: Rineka
Cipta.
Young, Hugh D and Roger A. Freedman. 2002. Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga.
Zemasky, Sears. 1962. Fisika Untuk Universitas I. Jakarta: Trimitra
Mandiri.


Komentar
Posting Komentar