PENETUAN PELARUT POLIMER
PENETUAN
PELARUT POLIMER
Oleh: MATHEIN JAYAVARMAN (14640005)
Polimer merupakan
senyawa makromolekul yang terbentuk dari susunan berulang molekul-molekul kecil
(monomer) yang saling berikatan. Nama polimer diambil dari bahasa Yunani ―poly‖
yang berarti ―banyak‖, dan ―mer‖ yang berarti ―bagian‖. Proses polimerisasi
pada umumnya melibatkan pelarut yang mempunyai berat molekul rendah dan
bersifat mudah menguap, sehingga mudah dihilangkan dari produk akhir agar memenuhi
spesifikasi yang diinginkan (Lieu, dkk, 1999).
Pembagian
polimer atau klasifikasi polimer bisa dilihat dari asal atau sumbernya,
strukturnya, sifat termalnya, komposisi dan kristalinitasnya. Menurut sumbernya
ada yang alami dan sintesis. Menurut sifat termalnya, polimer memiliki 2 tipe
yaitu polimertermoplastik dan termosetting. Termoplastik mempunyai sifat
melunak pada pemanasan, misalkan saja polistiren( bahan yang digunakan dalam
percobaan ini), sedangkan termosetting mempunyai sifat kaku dan tidak melunak
pada pemanasan, misalnya bakelit, formaldehid. Jika ditinjau dari komposisinya
maka polimer dibedakan menjadi 2 yaitu homopolimer dan kopolimer (Nazwa dkk,
2014).
Pelarutan
suatu polimer tidak sama dengan pelarutan senyawa yang mempunyai berat molekul
rendah karena adanya dimensi yang sangat berbeda antara pelarut dan molekul
polimer. Pelarutan polimer terjadi dalam dua tahap. Mula-mula molekul pelarut
berdifusi melalui matriks polimer untuk membentuk suatu massa menggembung
disebut gel. Dalam tahap ke dua, gel tersebut pecah dan molekul-molekulnya
terdispersi dalam larutan sejati. Suatu proses pelarutan diatur oleh hubungan
energi bebas (Malcolm, 2007).
ΔG = ΔH – TΔS (1)
Ketika suatu polimer larut dengan
spontan, energi bebas larutan tersebut ΔG bernilai negatif. Entropi larutan ΔS
selalu memiliki nilai positif yang terjadi akibat naiknya mobilitas konformasi
dari rantai polimer. Sehingga besarnya entalpi, ΔH akan menentukan ΔG. ΔH mix
untuk sistem biner berhubungan dengan parameter konsentrasi dan energi melalui
persamaan dimana V mix adalah volume total campuran V1 dan V2 adalah volume
molar dari dua komponen ϕ1 dan ϕ2 adalah fraksi volume dan ΔE1 dan ΔE2 adalah
energi penguapan. Besaran ΔE1 / V1 dan ΔE2 / V2 disebut rapat energi kohesif (Malcolm,
2007):
Metode yang paling mudah digunakan
untuk menentukan parameter kelarutan adalah dengan menggunakan tetapan atraksi
molar gugus. Tetapan ini diturunkan dari hasil penelitian terhadap
senyawa-senyawa dengan berat molekul rendah yang melahirkan nilai-nilai numerik
untuk berbagai gugus molekul berdasarkan pertimbangan gaya-gaya antarmolekul.
Dua set nilai-nilai numerik tersebut (yang ditandai dengan huruf G) telah
diusulkan oleh Small yang diturunkan dari panas penguapan yang satunya
lagi oleh Hoy. Kemudian didasarkan atas pengukuran tekanan uap. Berikut
merupakan gambar table nilai pelarut polimer (Malcolm, 2007):
Gambar
1. Tabel nilai pelarut molekul
Maka nilai G merupakan tambahan untuk suatu unsur
struktur tertentu dan dihubungkan dengan persamaan:
Daftar Pustaka:
Lieu, J.G.; Prausnitz, J.M.; Gauthier, M. 1999.
Vapor-liquid equilibria for binary solutions of arborescent and linear
polystyrenes‖, Polymer 41., (1999) 219-224.
Malcolm,
P.S. 2007. Kimia Polimer. Jakarta: PT
PRADNYA PARAMITA)
Nazwa,
Ihfadni. Dkk. 2014. Penentuan Berat Molekul Polimer (Mn) Dengan
Metode Viskositas. Surabaya:
Laboran Fisika Material Departemen Fisika Universitas Air Langga.





Komentar
Posting Komentar