Reaksi Atom Radikal
Reaksi Atom Radikal
Oleh : Athi Inayah (14640001)
1.
Pengertian Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan
suatu atom, molekul atau ion yang mempunyai elektron yang tak berpasangan.
Elektron yang tak berpasangan ini membuat radikal bebas sangat reaktif terhadap
senyawa lain atau terhadap sejenisnya.
Radikal bebas adalah
atom atau molekul yang mempunyai elektron yang tidak berpasangan pada orbital
terluarnya dan dapat berdiri sendiri (Clarkson and Thompson, 2000). Kebanyakan
radikal bebas bereaksi secara cepat dengan atom lain untuk mengisi orbital yang
tidak berpasangan, sehingga radikal bebas normalnya berdiri sendiri hanya dalam
periode waktu yang singkat sebelum menyatu dengan atom lain. Radikal bebas
merupakan suatu atom atau gugus atom yang memiliki satu atau lebih elektron
yang tidak berpasangan, bersifat sangat reaktif dan mempunyai energi yang
tinggi. Simbol dari suatu radikal bebas adalah sebuah titik yang menggambarkan
elektron yang tidak berpasangan (Fessenden, 1986). Senyawa radikal bebas sangat
reaktif dan selalu berusaha mencari pasangan elektron agar kondisinya
stabil (Subeki,1998). Kelompok radikal bebas antara lain superoxide anion (O2·),
hydroxyl radicals (OH·), dan peroxyl radicals (RO2·). Non radikal
misalnya hydrogen peroxide (H2O2 ), dan organic
peroxides (ROOH). Senyawa oksigen reaktif ini dihasilkan dalam proses
metabolism oksidatif dalam tubuh misalnya pada proses oksidasi makanan menjadi
energi.
Bentuk radikal bebas
yang lain adalah hydroperoxyl (HO2·), alkoxyl (RO·), carbonate (CO3·-),
carbon dioxide (CO2·-), atomic chlorine (Cl·), dan nitrogen dioxide
(NO2·) (Halliwell and Whiteman, 2004).
2. Sumber Radikal Bebas
Radikal dapat terbentuk
secara endogen dan eksogen. Radikal endogen terbentuk dalam tubuh melalui
proses metabolisme normal di dalam tubuh. Contoh dari radikal endogen adalah
radikal bebas yang terbentuk sebagai sisa proses metabolisme (proses
pembakaran), protein, karbohidrat, dan lemak yang kita konsumsi.
Pembentukan radikal
bebas secara endogen juga dapat dihasilkan dari latihan fisik otot. Radikal
bebas dapat terbentuk selama dan setelah latihan oleh otot yang berkontraksi
serta jaringan yang mengalami iskemik-reperfusi (Chevion dkk., 2003).
Pembentukan radikal bebas terutama dihasilkan oleh otot rangka yang
berkontraksi (Powers and Jackson, 2008). Selama melakukan latihan fisik
maksimal, konsumsi oksigen tubuh meningkat dengan cepat. Penggunaan oksigen
oleh otot selama latihan fisik maksimal dapat meningkat sekitar 100– 200
kali dibandingkan saat istirahat (Chevion dkk., 2003). Saat fosforilasi
oksidatif di dalam mitokondria, oksigen direduksi oleh sistem transport
elektron mitokondria untuk membentuk adenosin trifosfat (ATP) dan air. Selama
proses fosforilasi oksidatif ini sekitar 2% molekul oksigen dapat berikatan
dengan elektron tunggal yang bocor dari karier elektron pada rantai
pernafasan, sehingga membentuk radikal superoksida(O2.). Radikal superoksida
yang terbentuk ini akan membentuk hidrogen peroksida (H2O2) dan hidroksil
reaktif (OH.) dengan cara berinteraksi dengan logam transisi reaktif seperti
tembaga dan besi (Singh, 1992). Sementara
radikal eksogen berasal dari bahan pencemar yang masuk kedalam tubuh melalui
pernafasan, pencernaan, dan penyerapan melalui kulit. Contoh dari radikal
eksogen adalah polusi udara, asap kendaraan, sinar UV, asap rokok (Miller,
1996). Radikal bebas, baik endogen
maupun eksogen, dapat merupakan etiologi berbagai macam penyakit
degenerative seperti penyakit jantung arteri, stroke, rheumatoid artritis,
diabetes dan kanker (Haris & Shivanandappa, 2006). Radikal bebas dan
juga spesies oksigen reaktif lainnya dihasilkan secara terus-menerus melalui
proses fisiologis yang normal, terlebih lagi dalam keadaan patologis. Tubuh
memiliki sistem pertahanan internal terhadap radikal bebas yakni antioksidan
(Singh, 1992). Fungsi utama antioksidan adalah menunda oksidasi molekul -
molekul lain dengan menghambat reaksi rantai oksidasi radikal bebas pada
tahap inisiasi atau propagasi karenanya mampu mengurangi kerusakan oksidatif tubuh
manusia.
Radikal bebas dalam
jumlah normal bermanfaat bagi kesehatan, misalnya: memerangi peradangan,
membunuh bakteri, dan mengendalikan tonus otot polos pembuluh darah serta
organ-organ dalam tubuh (Yuwono, 2009). Radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
yang diproduksi dalam jumlah yang normal, penting untuk fungsi biologis,
seperti sel darah putih yang menghasilkan H2O2 untuk
membunuh beberapa jenis bakteri dan jamur serta pengaturan pertumbuhan sel,
namun ia tidak menyerang sasaran spesifik, sehingga ia juga akan menyerang asam
lemak tidak jenuh ganda dari membrane sel, organel sel, atau DNA, sehingga
dapat menyebabkan kerusakan struktur dan fungsi sel. Sementara dalam jumlah
berlebih mengakibatkan stress oksidatif. Keadaan tersebut dapat menyebabkan
kerusakan oksidatif mulai dari tingkat sel, jaringan, hingga ke organ
tubuh yang mempercepat terjadinya proses penuaan dan munculnya penyakit
(Yuwono, 2009). Namun tubuh diperlengkapi oleh seperangkat sistem pertahanan
untuk menangkal serangan radikal bebas atau oksidan sehingga dapat membatasi
kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Sistem pertahanan
antioksidan ini antara lain adalah enzim
Superoxide Dismutase (SOD)
yang terdapat di mitokondria dan sitosol,
Glutathione Peroxidase
(GPX), Glutathione reductase, dan catalase (Singh, 1992).
3. Pembentukan Radikal Bebas
Reaksi yang dapat menghasilkan radikal antara lain:
1. Fotolisis
Syarat utama dari
reaksi fotolisis adalah senyawa dapat menyerap energi pada daerah ultraviolet
atau tampak.
Fotolisis adalah metode
untuk memisahkan molekul yang lebih kecil dengan menggunakan sinar. Cahaya
dapat membawa fregmentasi senyawa jika panjang gelombang cahaya menyala sesuai
dengan energi yang lebih besar dari ikatan yang akan diputus dan mnyebabkan eksitasi
electronik molekul yang bersangkutan.
Keuntungan fotolisis
dibandingkan dengan thermolisis
a. Memberikan peluang untuk pemutusan hemolisis
yang sulit dilakukan oleh thermolisis
b. Energi pada satu
tingkat tertentu dapat dialihkan kesuatu molekul sehingga tidak terjadi reaksi
pirolisis
2. Thermolisis
Reakis thermolisis yang
menghasilkan radikal bebas pada umumnya memeliki energi disosiasi ikatan ≤165
Kj/mol
Dua jenis senyawa terdisosiasi yang dapat menghasilkan radikal bebas pada
suhu sedang:
(i) senyawa yang memiliki ikatan intrinsik lemah seperti dialkil peroixides
(DO-O = 155 KJ mol-1), dan
(ii) senyawa yang, pada fragmentasi, membentuk produk yang sangat terikat,
seperti AIBN yang melepas N2.
3. Redoks
Reaksi redoks yang dapat menghasilkan radikal melibatkan perpindahan satu
electron.
Ikatan kovalen dapat diputus oleh proses transfer elektron baik dengan
menerima
elektron dari donor atau menyumbangkan elektron ke akseptor.
4. Mekanisme Pembentukan
Radikal Bebas
Mekanisme reaksi
radikal bebas dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Tahap inisiasi adalah
pembentukan awal dari radikal-radikal bebas (Fessenden, 1986).
2. Tahap Propagasi Pembentukan radikal bebas akan
mengakibatkan terbentuknya radikal baru dengan suatu reaksi yang disebut reaksi
rantai (Fessenden, 1986). Secara teoritis, proses ini akan berlangsung terus
menerus karena sebuah Cl • akan
mengalami reaksi yang menyebabkan terbentuknya sebuah Cl • yang lain
(Fessenden, 1986).
3. Terminasi Reaksi rantai
yang terjadi akan berhenti pada tahap terminasi yaitu ketika radikal bebas
bergabung dengan radikal bebas yang lain sehingga tidak membentuk radikal bebas
yang baru (Fessenden, 1986)
CONTOH
H2O + hv à • OH + H• (Inisiasi)
H• + O2 à HO2 • (propagasi)
Reaksi Terminasi
2 •OH à H2O2
2 H• à H2
HO2 • + • OH à H2O + O2
2HO2• à H2O2
+O2
Sumber :
Chevion S, Moran DS,
Heled Y, Shani Y, Regrev G, Abbou B, Berensthein E, Stadtman ER, Epstein
Y. 2003. Plasma antioxidant status and cell injury after severe physical
exercise, Proc.Nati.Acad.Sci.USA,vol 100, Issue9, 5119-5123.
Clarkson, P. M.,
Thompson, H. S. 2000. Antioxidants: What Role Do They Play In Physical
Activity And Health .J. ClinNutr. Biochem, 72.
Fessenden, R .J
danFessenden, J. S , 1986. Kimia Organik. Edisi Ketiga. Jilid2. Erlangga. Jakarta.
Halliwell, B.
danWhiteman, M. 2004. Measuring Reactive Species and Oxidative Damage in
Vivo and in Cell Culture: How Should You do it and What do The
Results Mean.
J Pharmacol, 142.
Haris, R. and Shivanandappa, T. 2006.
Antioxidant Activity and Hepatoprotective Potential of PhyllanthusNiruri.
J. Food Chem., 95.
Miller, N.D.
1996.Antioxidant Flavonoid Structural Usage Alternative
Medical Review I
(2), 103-111.
Powers SK Jakcson MJ.
2008. Exercise-induced oxidative stress : Cellular mechanism and
impact on muscle force production. Physiol Rev 88:1243-1276.
Singh, V. S. 1992. A
Current Perspective on Nutrition and Exercise. J Nutr, 122, 760-65.
Subeki. 1998. Pengaruh
Cara Pemasakan Terhadap Kendungan Antioksidan Beberapa Macam Sayuran Serta
Daya Serap dan Retensinya Pada Tikus Percobaan. Tesis. Program
Pascasarjana, IPB. Bogor.
Yuwono, A. 2009. Antioxidant and Health Desease. http://Farmatology.Org/Specialtmedic/Intermist, Diakses pada 13 Oktober 2017.




Komentar
Posting Komentar