Sel Elektrolisis
Nama : Eva Nawangwulan
NIM : 14640034
SEL ELEKTROLISIS
Elektrolisis
adalah suatu proses reaksi kimia yang terjadi pada elektroda yang tercelup
dalam elektrolit ketika dialiri arus listrik dari suatu sumber potensial luar (Dogra,
1990). Komponen terpenting dari proses elektrolisis adalah elektroda dan elektrolit.
Sedangkan sel elektrolisis adalah sebuah sel elektrokimia yang menggunakan
sumber energi listrik dari luar untuk menjalankan suatu reaksi yang tidak
spontan. Energi listrik berfungsi sebagai pompa elektron yang menggerakkan
elektron ke katoda, dan menarik elektron dari anoda (Chang, 2005). Elektron
mengalir dari anoda ke katoda dalam rangkaian luar seperti pada Gambar 1.
Gambar 1.
Aliran elektron pada sel elektrolisis.
Adanya
aliran elektron dalam sel elektrolisis menyebabkan di katoda terjadi reaksi reduksi
dan di anoda terjadi reaksi oksidasi. Pada sel elektrolisis, katoda merupakan
kutub negatif karena dihubungkan dengan kutub negatif sumber arus dan merupakan
target bermigrasinya ion positif, sedangkan anoda merupakan kutub positif
karena dihubungkan dengan kutub positif sumber arus dan merupakan target
bermigrasinya ion negatif. Proses elektrolisis berhubungan dengan besarnya
potensial yang digunakan (Basset, 1994). Besarnya
potensial yang digunakan dalam elektrolisis bergantung pada:
(1) Potensial
Penguraian
Potensial
penguraian adalah tegangan luar terkecil yang harus dikenakan untuk menimbulkan
elektrolisis kontinu. Pada sel elektrolisis, potensial yang digunakan harus
mampu mengatasi potensial sel galvani yang dihasilkan dan harus pula mengatasi
tahanan larutan terhadap aliran arus (Basset, 1994).
(2) Potensial Lebih
atau Polarisasi Kinetika
Potensial
lebih adalah potensial pada anoda atau katoda yang nilainya lebih tinggi dari
potensial penguraian akibat terbentuknya gas di sekitar elektroda. Potensial
lebih menyebabkan harga potensial menjadi lebih negatif pada katoda dan menjadi
lebih positif pada anoda. Potensial lebih timbul akibat adanya tahanan dari
larutan. Besarnya potensial lebih pada anoda
atau katoda dipengaruhi oleh (Petrucci, 1999):
a. Sifat dan
keadaan fisik dari logam yang dipakai sebagai elektroda.
b. Keadaan fisik
dari zat yang diendapkan.
c. Rapat arus
yang dipakai.
d. Perubahan
konsentrasi di sekitar elektroda.
(3) Polarisasi
Konsentrasi
Reaksi
pada permukaan elektroda berlangsung seketika, kecepatan tercapainya
kesetimbangan antara elektroda dengan larutan tergantung dari besarnya arus
yang mengalir. Kurang cepatnya migrasi ion ke permukaan elektroda disebut
polarisasi konsentrasi. Polarisasi konsentrasi timbul apabila gaya difusi, gaya
tarik menarik elektrostatik dan pengadukan mekanik tidak cukup untuk mengangkut
pereaksi menuju atau dari permukaan elektroda. Polarisasi
konsentrasi dapat diperkecil dengan cara pengadukan dan menggunakan rapat arus
kecil (Petrucci,
1999).
(4) Potensial
Ohmik atau Potensial Jatuh
Potensial
ohmik atau potensial jatuh adalah potensial listrik yang dihasilkan pada saat
arus listrik dilewatkan dalam sel elektrolisis. Potensial ohmik terjadi karena
adanya tahanan dalam larutan yang dialami oleh ion-ion yang bergerak menuju
anoda atau katoda. Besarnya potensial ohmik sebanding dengan arus yang lewat
dan tahanan larutan. Pengaruh potensial ohmik menyebabkan potensial yang
dibutuhkan pada sel elektrolisis lebih besar dibanding potensial teoretisnya. Untuk
menentukan jenis zat yang dihasilkan pada anoda dan katoda, maka harus diketahui:
jenis kation dan anion dalam larutan, keadaan ionnya yaitu bentuk cairan
(lelehan) atau larutan, jenis elektrodanya tidak bereaksi (inert) atau ikut bereaksi
(aktif) dalam larutan, dan konsentrasi larutan elektrolitnya pekat atau sangat
encer (Achmad, 2001).
Reaksi Pada
Elektroda
Pada permukaan
elektroda terjadi persaingan reaksi antara ion-ion dari elektrolit dan ion dari
air. Yang akan bereaksi pada permukaan elektroda ditentukan dari nilai
potensial elektrodanya. Contohnya:
Elektrolisis
Dengan Elektroda Tidak aktif (Innert)
Elektroda
tidak aktif adalah elektroda yang tidak ikut bereaksi dalam elektrolisis. Yang
termasuk elektroda tidak aktif adalah platina (Pt) dan karbon (C).
atau
ion poliatom 
Contoh reaksi
elektrolisis lelehan NaCl dengan elektroda platina (Chang, 2005).
Elektrolisis
Larutan Elektrolit
Dalam
sel elektrolisis bentuk larutan dengan elektroda tidak aktif, pengaruh elektroda
tidak ada, hanya di samping kation dan anion yang ada perlu diperhitungkan juga
adanya zat pelarut yaitu air. Molekul air yang terdapat pada larutan dapat
tereduksi di katoda atau teroksidasi di anoda dengan reaksi masing-masing:

Contoh reaksi
elektrolisis larutan dengan elektroda
platina (Syukri,
1999):

Reaksi
keseluruhan (Syukri, 1999):
Elektrolisis
Dengan Elektroda Bereaksi atau Elektroda Aktif
Elektroda
aktif adalah elektroda yang turut bereaksi pada saat elektrolisis. Elektroda
aktif contohnya adalah logam tembaga (Cu), perak (Ag), nikel (Ni), besi (Fe),
dan sebagainya. Elektroda logam mempengaruhi reaksi oksidasi di anoda. Jadi
elektroda aktif hanya bereaksi di anoda, sedangkan di katoda tidak akan
bereaksi (Achmad, 2001).

Hukum Faraday
Proses
elektrolisis merupakan proses yang tidak spontan. Untuk berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan arus listrik dari luar. Besarnya
potensial listrik yang digunakan harus melebihi potensial yang terpasang
sehingga arus akan mengalir yang menyebabkan terjadinya reaksi. Hubungan antara
besarnya energi listrik yang dialirkan dengan banyaknya zat yang dihasilkan
dalam sel elektrolisis dirumuskan oleh Michael Faraday (Petrucci,1999).
Hukum
Faraday I berbunyi: “ Jumlah perubahan kimia yang dihasilkan sebanding dengan besarnya muatan listrik yang melewati suatu sel elektrolisis
.“
Dengan: W = massa zat yang dihasilkan (gram).
e = bobot ekivalen = Ar atau Mr / n.
n = jumlah elektron yang diikat atau
dilepaskan.
i = arus dalam amper.
t = waktu dalam satuan detik.
F = tetapan Faraday, 1F = 96500 C.
i.t/F = arus dalam satuan Faraday.
Hukum Faraday
II berbunyi: “ Sejumlah tertentu arus listrik menghasilkan jumlah ekivalen yang
sama dari benda apa saja dalam suatu elektrolisis.”
Kegunaan Sel
Elektrolisis
Sel
elektrolisis banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti pada proses
penyepuhan, pemurnian logam, dan produksi zat-zat kimia penting. Contoh zat-zat
kimia yang dihasilkan dalam elektrolisis adalah natrium hidroksida, logam aluminium,
magnesium, tembaga, natrium, dan gas klor (Syukri, 1999):
a. Pelapisan Logam
Proses penyepuhan atau pelapisan logam merupakan suatu reaksi
redoks untuk mengendapkan logam pada permukaan katoda. Pelapisan logam
dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan suatu sifat khusus pada permukaan
logam agar diperoleh hasil yang lebih baik misalnya lebih menarik dan tahan
terhadap korosi. Contoh proses pelapisan logam adalah, sendok dilapisi dengan
tembaga. Sendok yang akan dilapisi dipasang sebagai katoda dan tembaganya
dipasang sebagai anoda.
b. Pemurnian Logam
Pemurnian
logam, contohnya adalah proses pemurnian tembaga. Logam tembaga yang diperoleh
dari bijih tembaga biasanya mengandung pengotor seperti seng, besi, perak, dan
emas. Pemurnian tembaga dilakukan dengan cara menempatkan logam tembaga tidak
murni sebagai anoda dan tembaga murninya sebagai katoda (Chang, 2005). Kedua
lempeng tembaga tersebut dicelupkan ke dalam gelas kimia besar yang berisi
larutan elektrolit
.
Elektroda
tembaga sebagai anoda mengalami oksidasi menurut reaksi:
Elektroda
tembaga yang lain, sebagai katoda mengalami reduksi:
Reaksi
keseluruhan:
Pada saat elektrolisis, logam aktif yang
terdapat dalam anoda, seperti besi dan seng, juga teroksidasi pada anoda dan
memasuki larutan sebagai
Namun, keduanya tidak teroksidasi pada anoda karena nilai
potensial reduksinya lebih negatif.

Logam
yang kurang elektropositif, seperti emas dan perak, tidak teroksidasi pada anoda
tetapi mengendap pada dasar tangki elektrolisis. Skema proses pemurnian tembaga
ditunjukkan pada Gambar 2

Gambar 2. Skema
proses pemurnian tembaga
c. Pembuatan Klor dan Natrium
Gas klor dan logam natrium dibuat dengan mengelektrolisis NaCl cair
menggunakan elektroda inert. Pada katoda dihasilkan logam natrium dan di anoda
dihasilkan gas klor.
d. Pembuatan Natrium Hidroksida
Natrium hidroksida dapat dibuat dengan
mengelektrolisis larutan NaCl. Reaksi keseluruhan elektrolisis larutan NaCl:
Elektrolisis larutan NaCl, di samping
menghasilkan larutan NaOH juga dihasilkan gas
.
e. Pembuatan Aluminium dan Magnesium
Aluminium diperoleh dengan cara mengelektrolisis biji aluminium
(campuran
)
dengan mineral kreolit
.
Mineral ini dapat menurunkan titik cair campuran dari
2000°C menjadi 1000°C.
Campuran cair itu dielektrolisis dalam keadaan panas. Senyawa
dalam kreolit terion menjadi:

Logam magnesium dapat dibuat dengan mengelektrolisis lelehan
senyawanya, misalnya
.
Hasil elektrolisisnya adalah di katoda dihasilkan logam Mg dan di anoda dihasilkan
gas
.
Reaksi keseluruhan elektrolisis lelehan
: Selain
itu penerapan dari sel elektrolisis yaitu penyepuhan dapat juga digunakan untuk
menentukan bilangan Avogadro (NA) dan tetapan Faraday (F ).
Elektrolisis Larutan Tembaga Sulfat Dengan Elektroda Tembaga
Elektrolisis larutan tembaga sulfat
menggunakan elektroda tembaga dapat digunakan untuk membuktikan kesesuaian
hukum faraday pada elektrolisis dan dapat dimanfaatkan untuk memurnikan
tenbaga. Pada elektrolisis ini elektroda tembaga
yang digunakan harus bersih dari kotoran. Kotoran dibersihkan menggunakan asam
lemah seperti asam asetat (Seiglie, 2003). Untuk memperbaiki kualitas endapan
tembaga yang dihasilkan maka pada proses elektrolisis ini ditambahkan asam
nitrat dan urea (Day, 1988).
Penambahan asam nitrat ini akan mengurangi terjadinya pembentukan
gelembung gas hidrogen dan juga bertindak sebagai pendepolarisasi katode.
Reaksi ion nitrat pada katoda tembaga adalah:
Asam nitrat yang digunakan harus terbebas dari ion nitrit. Ion
nitrit terbentuk dari reaksi:
Ion nitrit mencegah pengendapan sempurna dari tembaga dan
dihilangkan dengan penambahan urea atau dengan cara dipanaskan.
Selain penambahan ion nitrat, untuk memperbaiki kualitas endapan
dapat juga dilakukan dengan pengadukan mekanis karena dengan ini terjadinya
polarisasi konsentrasi dapat diminimalkan, peningkatan suhu elektrolisis, dan
penggunaan rapat arus listrik yang kecil (Basset, 1994). Endapan yang baik
kualitasnya adalah endapan yang melekat dengan baik, rapat, dan halus.
Sumber:
Dogra, S.K. 1990. Kimia Fisika dan
Soal-Soal. Jakarta: UI-Press.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar:
Konsep-Konsep Inti Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Basset,dkk. 1994. Buku Ajar Vogel; Kimia
Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: EGC.
Petrucci, Ralph H. 1999. Kimia Dasar
Prinsin dan Terapan Modern. Jakarta: Erlangga.
Achmad, H. 2001. Kimia Larutan.
Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1.
Bandung: ITB Press.
Day, R.A. dan A.L. Underwood. 1998. Analisis
Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.




Komentar
Posting Komentar